iklanratis iklanratis iklanratis iklanratis iklanratis iklanratis

HENDRAWAN
Energy Saving Mode using CSS3

Move your mouse to go back to the page!
Gerakkan mouse anda dan silahkan baca kembali posting kami!

Support design by: HENDRAWAN - September 2012

Kamis, 10 Januari 2013

Legenda Pulau Kemaro - Palembang [sumatera selatan]

Legenda Pulau Kemaro - Palembang [sumatera selatan]

Kalau kita menyebut kata Palembang, kita pasti akan langsung mengaitkannya dengan empek-empek, Sungai Musi, Jembatan Ampera dan satu tempat yang sedang naik daun adalah Jakabaring Sport City tempat berlangsungnya pesta olahraga SEA Games XXVI bulan November yang lalu. Padahal di Palembang sendiri ada banyak tempat yang wajib untuk dikunjungi, salah satunya yang sangat saya rekomendasikan adalah Pulau Kemaro.

Pulau Kemaro sendiri sebenarnya merupakan sebuah delta yang berada di perairan Sungai Musi. Konon kabarnya pulau ini tidak pernah terendam air meskipun sungai Musi sedang pasang tinggi sekalipun. Karena itulah pulau ini dinamakan Pulau Kemaro, yang berarti tidak pernah tergenang air. Ada sebuah legenda di Pulau Kemaro tentang Putri Raja Palembang bernama Siti Fatimah yang di peristri oleh saudagar asal Tionghoa bernama Tan Bun An. Setelah menikah Tan Bun An mengajak istrinya melihat kampung halamannya. Dan saat akan kembali ke Palembang, mereka dihadiahi beberapa buah guci. Sesampainya di perairan Sungai Musi didekat Pulau Kemaro, Tan Bun An ingin melihat isi hadiah yang diberikan kepada mereka, ternyata isi guci tersebut adalah sawi asin. Tan Bun An membuang guci-guci tersebut ke sungai Musi dan saat ingin membuang guci yang terakhir , guci tersebut terjatuh dan pecah. Ternyata ada kepingan koin emas dibawah tumpukan sawi asin tersebut. Tan Bun An langsung menceburkan diri ke Sungai Musi untuk mencari guci guci yang sudah dibuangnya ke sungai. Seorang pengawal Tan Bun An ikut menyelam untuk membantu. Melihat suaminya terjun ke sungai dan tidak muncul, Siti Fatimah memutuskan untuk terjun ke Sungai Musi untuk mencari sang suami. Dan mereka bertigapun tidak pernah muncul dipermukaan. Ada tiga gundukan yang terdapat di Pulau kemaro yang dipercaya sebagai makam Siti Fatimah, Tan Bun An dan seorang pengawalnya.

Di Pulau Kemaro sendiri terdapat tempat ibadah masyarakat etnis Tionghoa, sebuah pagoda berlantai sembilan dan juga patung Budha berwarna keemasan. Setiap Tahun Baru Imlek, masyarakat etnis Tionghoa dari berbagai tempat dan negara berdatangan ke Pulau Kemaro dalam perayaan Cap Go Meh. Untuk yang bukan termasuk etnis Tionghoa tidak perlu khawatir, karena Pulau Kemaro terbuka untuk siapa saja yang ingin berkunjung. Tentu saja kita harus saling menghormati kepercayaan masing-masing.

Untuk menuju Pulau Kemaro, saya sarankan berangkat dari Benteng Kuto Besak. Kita bisa memilih naik speed boat atau perahu motor yang biasa disebut masyarakat setempat dengan sebutan ketek. Saya dan teman-teman lebih suka menuju Pulau Kemaro dengan menggunakan ketek. Setiap orang dikenakan biaya Rp.10.000,- untuk perjalanan pulang pergi. Dengan menggunakan ketek, kita bisa tiba di Pulau Kemaro dalam waktu lebih kurang 15 menit. Sepanjang perjalanan menuju pulau, kita bisa melihat Jembatan Ampera dari bawah sungai, lalu lintas sungai Musi yang cukup ramai dan juga kehidupan masyarakat dipesisir Sungai Musi. Jadi bila datang ke kota Palembang, pastikan Pulau kemaro ada dalam list tempat yang harus didatangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar